Entahlah mengapa akhir-akhir ini pikiranku selalu dirasuki oleh hayalan-hayalan kosong tentang perempuan. Dalam benakku, aku selalu bertanya-tanya, benarkah perkataan temanku bahwa dibanding laki-laki yang sudah atau setidaknya pernah menjalin hubungan dengan perempuan, orang yang tidak pernah menjalin hubungan lebih kerap dihantui oleh bayangan atau hayalan tentang perempuan. Aku sudah berusaha meyakinkan diri untuk membuang jauh-jauh hayalan-hayalan itu, tetapi apatah daya, pikiran tidak selamanya bisa diatur oleh pemiliknya. Kalau boleh jujur, aku ini sudah ingin sekali memiliki pendamping, baik itu pacar atau setidaknya tunangan.
Pola pikirku, menurutku, barangkali sudah mencapai taraf dewasa. Seandainya aku dianugerahi kekasih oleh Allah, aku ingin membina hubungan itu dengan baik hingga kelak sampai di pelaminan. Aku pikir, main-main sudah bukan lagi waktunya untukku. Aku ingin menjadikannya kekasih dan pendamping hidupku yang abadi hingga di akhirat nanti. Aku selalu menunggunya setiap waktu. Tetapi entahlah hingga kini belum juga datang perempuan yang aku idamkan itu. Mungkin belum waktunya dia datang kepadaku. Aku yakin, Allah lebih tahu tentang itu.
Kalau ditanya soal perempuan yang bagaimanakah yang aku harapkan kelak jadi pendamping hidupku, aku akan menjawabnya sesuai dengan kriteria-kriteria yang diimpikan oleh ibuku. Suatu hari ibuku pernah bilang kepadaku, “Nak, kalau kamu mencari calon istri, carilah perempuan yang benar agamanya, bagus akhlakul karimahnya, dan bisa membawamu serta anak-anakmu kelak ke dalam kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat. Carilah perempuan yang dapat mencintaimu, menyayangimu dan mendukungmu sepenuh hati. Carilah perempuan yang cantik, cerdas dan dapat membahagiakan keluarga. Ibu akan sangat bahagia jika kelak istrimu adalah perempuan semacam itu.”
Kriteria-kriteria yang diberikan oleh ibuku itu tentu cukup sempurna, sehingga karenanya kadang kala membuatku lebih teliti melihat perempuan yang sedang aku senangi. Kalau dia tidak sesuai dengan kriteria di atas, aku tidak akan segan-segan untuk memalingkan muka darinya. Kerap kali aku jatuh cinta pada sesosok perempuan, akan tetapi karena dia tidak sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut, aku berusaha sekuat mungkin untuk membuang rasa cinta yang sedang menyeruak di dadaku itu. Aku tidak ingin mengambil resiko yang lebih besar. Aku tidak ingin beristrikan perempuan yang hanya bisa membuatku menderita dan tersiksa. Aku tidak ingin punya istri yang hanya membuatku kelak diceburkan ke dalam ganasnya api neraka. (Jogja, 12 Oktober 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar