Sabtu, 26 Februari 2011

AKHIRNYA CUTI LAGI

Ahirnya aku harus mengambil cuti lagi semester ini, semester VIII, setelah cuti pertama pada semester III kemarin. Aku mencantumkan alasan “kendala dana” pada belanko Surat Izin Cuti. Ketika ditanya lebih jauh oleh petugas, aku bilang bahwa aku benar-benar tidak punya uang untuk registrasi. Bahkan untuk membayar hutang ke Badan Wakaf Fakultas Sains dan Teknologi aku bilang tak punya. Hutang sebesar Rp 850.000,00 itu adalah untuk registrasiku pada semester VII kemarin. Dan petugas itu hanya mengangguk sebagai tanda mengerti.

Keputusan untuk cuti sebenarnya sudah ada di pikiranku sejak sekitar satu bulan yang lalu, setelah dihitung-hitung, dengan keadaan yang serba terjepit dan tidak punya persiapan (uang) sama sekali, aku tidak akan tidak akan bisa membayar registrasi. Alih-alih registrasi, hutangku menumpuk dan aku tidak pernah ada pemasukan setidaknya selama lima bulan belakang ini. Selama itu aku hanya merasa ada pemasukan kurang lebih Rp 600.000,00 hasil riward bukuku dari kampus, dengan rincian sebagai berikut: untuk The Miracel of Kere Rp 300.000,00, untuk Antologi Mazhab Kutub Rp 200.000,00 dan untuk buku Karya Tulis Terbaik UIN Sunan Kalijaga 2009 Rp 100.000,00. Itu pun, uang yang Rp 600.000,00 aku kirimkan ke rumah sebesar Rp 250.000,00 untuk biaya mutasi sekolah adekku di rumah – Ibuku waktu itu mengaku tidak punya uang sebesar itu, dan oleh karenanya, beliau mengabarkannya kepadaku.

Jadi selama lima bulan (September 2010 s/d Februari 2011) pemasukanku hanya sebesar Rp 350.000,00. Selebihnya, untuk biaya hidup dan lain-lainnya, aku hutang. Sampai-sampai aku tidak tahu lagi dengan cara apa aku harus menghitung hutang-hutangku yang semakin hari semakin menumpuk. Ini mungkin ujian terberatku belakangan ini. Dan kalau tidak karena keajaiban, tidaklah mungkin aku masih bisa bertahan hidup sampai sekarang. Perhitungan-perhitungan statistikal ekonomis barangkali tidak akan sanggup mendefinisikan hidupku selama lima bulan ini. Bayangkan dengan bermodalkan Rp 350.000,00 dan hutang ke sana-ke mari yang menurutku jika dihitung-hitung jumlah hutangku itu tidak mencukupiku hidup selama dua bulan, aku masih bisa makan, bayar kost, listrik dan tidak kekurangan sesuatu apa. Dan ini barangkali cukup memberiku alasan untuk bersyukur kepada Tuhan. Aku akhirnya menjadi sadar bahwa rupanya hidup ini kadang-kadang irrasional. Dan aku benar-benar yakin, sebab aku telah mengalaminya, tidak hanya sekarang, bahkan berkali-kali.

Namun demikian, meskipun aku pikir bahwa aku harus cuti tersebab keadaan, aku merasa harus tetap berusaha tidak percaya pada pikiranku, sebab aku tahu takdir tidak ditentukan oleh kepala dan perasaan, tetapi oleh waktu. Oleh sebabnya aku pontang-panting cari hutangan untuk uang registrasi. Tetapi hasilnya nihil. Rupanya takdir benar-benar menghendakiku cuti. Maka, dengan memantapkan diri dan berusaha untuk senantiasa bersabar, aku memutuskan mengambil Surat Izin Cuti ke Fakultas. Sambil menggigit bibir aku berkata pada diriku sendiri: ”Tidak pernah tidak ada rahasia di balik sana, Fakih. Ia akan selalu ada, dan kamu harus menemukannya!”

Sejak itu, aku memantapkan diri menerima keadaan dan berusaha sekuat mungkin untuk berbalik arah. Kususun rencana-rencana aktivitas dan kegiatan yang setidaknya dapat membuat masa-masa cutiku lebih berharga, tidak seperti halnya ketika cuti pertama di mana setelah selesainya waktu cuti aku merasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali kesia-siaan. Ada dua rencana yang aku susun dengan keyakinan yang kurang-lebih mantap, yakni – tidak ada pilihan lain – belajar dan menulis buku.

Pertama, aku berencana untuk mendalami kembali fisika dasar, fisika modern, matematika dasar, kalkulus (I & II) dan matematika fisika (I, II & III). Setelah itu, sebagai persiapan tugas akhir nanti, aku berharap bisa memulai mempelajari dan mendalami dasar-dasar dari dua wilayah yang menarik minatku: mekanika geometrik dan mekanika langit. Untuk ini, aku punya impian yang lebih lanjut, dan aku berdoa semoga ini berhasil, yakni membuat sebuah paper yang dapat menjelaskan mengapa lintasan orbit benda-benda langit harus berbentuk elips dan tidak dengan bentuk lain? Atau kalau tidak tentang masalah 3-benda.

Kedua, menulis buku-buku proyek (how to) di samping tetap menulis untuk media massa secara umum. Tujuannya satu: mengumpulkan uang, memenuhi keperluan yang mendesak seperti membeli notebook dan motor, membayar hutang-hutangku dan menyiapkan uang untuk registrasi semester depan. Seandainya uang itu ada sedikit lebih, aku mau mengirimkannya untuk nenekku di rumah. Aku menjadwal diri, dalam waktu maksimal satu bulan aku harus menghasilkan satu buku. Menurut perkiraanku yang terbatas, dengan begitu, selama waktu 6 bulan aku dapat menulis 6 buku, dan honornya yang terbilang cukup insyaallah bisa memenuhi impian-impian pragmatisku itu.

Aku berdoa, semoga rencana-rencana itu berhasil. Secara perkiraan memang rencana-rencana tersebut tidaklah begitu berat dan membebankan, meskipun juga tidak dapat dibilang enteng. Tetapi, sekali lagi, takdir tidak ditentukan oleh kepala, tetapi oleh waktu. Biarlah Tuhan yang menentukan. Aku yakin, Dia akan senantiasa menganugerahi hambaNya yang ingin berusaha dengan banyak-banyak keberhasilan dan kebahagiaan. Tuhan, anugerahilah hambaMu ini kekuatan untuk belajar dan berusaha yang rajin dan istiqamah, yang dengan sebenar-benarnya tidaklah lain kecuali dengan tujuan mensyukuri hidup dan potensi yang Engkau berikan untukku. Amien!

Yogyakarta, 26 Februari 2011

Tidak ada komentar: