Selasa, 30 Juni 2009
DAVID HILBERT
David Hilbert ( 23 Januari 1862 - 14Februari 1943) – setelah aku membaca sedikit biografinya – adalah seorang ilmuwan Jerman yang telah membuatku paham arti pengembaraan mencari hakikat alam, sebuah spekulasi membaca pikiran Tuhan. Ia mengajarkan pentingnya menjadi manusia pembelajar, pemikir yang kuat dan konsisten, manusia yang merdeka dan tidak pernah main-main dengan impiannya.
“Penuhilah panggilan intelektual dalam dirimu. Pelajari apa yang ingin kamu pelajari. Sangsikan apa yang telah kamu pelajari. Pikirkan ia sedalam mungkin. Jika akhirnya kamu tidak merasa puas dengan itu, bangunlah suatu sistem pemikiran yang kurang lebih kokoh, detail dan kebal akan serbuan pertanyaan-pertanyaan, agar hasratmu terpuaskan,” begitu seolah ia berkata padaku.
“Jangan kau berhenti pada satu bidang keilmuan. Jelajahi dan kuasailah semuanya, tapi jangan setengah-setengah. Kau harus memberikan kontribusi penting pada ilmu yang sedang kau pelajari. Caranya tidak lain kecuali membaca, merenung, berpikir dan menulis. Yang harus kau ingat adalah tidak ada waktu santai, lalai dan tidur begitu lama dalam berproses untuk itu semua,” demikian lanjutnya.
David Hilbert adalah seorang jenius matematika yang telah memberikan kontribusi demikian banyaknya di dalam berbagai bidang matematika. Ia adalah fisikawan yang tanpanya barangkali Albert Einstein tidak cukup memiliki pilihan banyak dalam membangun dan mengembangkan Teori Relativitas Umumnya dan salah satu dari sedikit orang yang menyumbang terhadap berkembangnya Teori Mekanika Kuantum. Ia adalah orang pertama yang membuka ruang terhadap lahirnya Fisika Matematika. Ia adalah filosof dan bapak Formalisme, satu aliran penting dalam filsafat logika modern, dimana kemudian mempengaruhi Bertrand Russel dan Alfred Whitehead. Ia adalah pelempar 23 problem matematika, fisika teori dan logika terbesar abad ke-20, dimana karenanya akan terbuka jalan pengembangan keilmuan fronteir di masa mendatang.
Ia adalah praktisi media yang selama kurang lebih 20 tahun mengabdikan dirinya sebagai redaktur ahli di jurnal matematika berpengaruh di zamannya, Annalen der Mathematik. Ia adalah akademisi yang telah mengabdikan dirinya di tiga universitas terkenal Jerman. Ia adalah mahaguru dari sejumlah generasi matematikawan, fisikawan dan logikawan yang kelak menjadi yang terdepan dalam bidangnya masing-masing. Ia adalah penganut Kristen Lutheran yang taat. Ia adalah nasionalis – tetapi bukan pengikut Nazi – yang dibuktikan dengan konsistensinya menetap dan ikut mengembangkan masyarakat Jerman – tidak seperti ilmuwan-ilmuwan lain yang terbiasa berpindah-pindah tempat dari satu negara ke negara lainnya. Terlebih dari itu, ia adalah lambang dari sosok manusia yang rendah hati.
“Hilbert, mampukah aku sepertimu?,” selalu tanyaku dalam hati.
jogja, 27 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar