Rabu, 17 Juni 2009

Surat Kepada Kekasih

Kini apa yang akan kau katakan tentang cinta. Segalanya telah berakhir. Dan aku tak mau tahu lagi apakah kau merasa sedih dengan kenyataan ini atau bahkan tidak sama sekali.

Penyesalan memang binatang yang paling kejam. Ia tak dapat ditundukkan hanya dengan sekedar perasaan. Namun hanya satu, kasih, yang tersisa untuk kita renungkan: sempurnakah penyesalan itu?

Semula memang tak sempat kubayangkan, betapa kau adalah bunga yang tak pernah layu di hatiku. Kau telah tumbuh sedewasa ini. Dan aku telah memeliharanya sekuat hati.

Namun mengapa juga kau serupa serigala: terus memburuku dan terus saja memburu. Betapa aku tak paham, mengapa aku harus berlari, seakan mengelak dari kenyataan. Tak mampu aku berucap apa-apa dengan perasaan ini.

Kegagalan bukanlah kata pertama bagi perjalanan kita, namun ketidakberdayaan serupa pintu yang tak mampu kubuka meski aku telah berusaha untuknya.

Aku luluh, kasihku. Aku begitu luruh. Semuanya kini telah beranjak dan aku terdiam sepi. Aku tak lagi mampu membanyangkanmu. Aku tak mampu membayangkan betapa takdir adalah kehampaan. Namun apakah kau juga begitu, itulah pertanyaan yang tak pernah kutahu jawabannya.

Aku selalu berhadap akan kesempurnaan, kasih, karena barangkali itulah kata yang paling tulus bagimu. Bagi cinta kita. Bahkan tanpa alasan, aku menginginkannya demikian. Tanpa memaknai betapa sungguh kerdilnya aku ini, aku yakin, kesempurnaan itu bagai titik terdalam dalam buah mata kita.

Jogja, 10/09/08

Tidak ada komentar: