terima kasih yon, edi, deni, yoyok, joko, lisa
terima kasih atas kebersamaannya
terima kasih pak matripin, terima kasih mak erra
terima kasih atas kasih-sayangnya
tanpa kalian, aku tak akan pernah bisa mengaji alif-baa-taa
aku masih ingat kenangan kita itu
saat magrib tiba, kita datang ke langgar bersama-sama
berjemaah bersama-sama, mengaji bersama-sama
dan bermain-bermain riang sebelum pulang ngaji bersama-sama
saat diantara kita ada yang khatam iqra’ atau al-qur’an
kita merasa begitu senang
karena kita bisa makan bersama nasi rebbha syukuran
dan saling mengayuh masa-masa keriangan
aku tak pernah menyesal dan marah padamu, edi, deni
atas kenakalan kalian yang menyebabkan lengan kiriku patah
karena kenakalan kalian ini
kini menyadarkanku akan makna kata waspada
aku masih ingat kenangan itu, pak, mak
saat kalian mengajari kami bagaimana cara mengaji yang baik
bagaimana cara berwudhu dan bershalat yang baik
bagaimana cara menghormati guru dan orang tua yang baik
sungguh kalian begitu sabar membimbing kami yang nakal ini
mengajari bagaimana berbuat baik pada orang lain dan diri
menapih sesal tentang betapa jahatnya kebodohan
belajar bagaimana selalu ingat pada tuhan
oh, betapa kenangan itu tak pernah aku melupakannya
selamanya, bahkan barangkali sampai aku ini tiada
betapa sangat berharganya kebersamaan kita
betapa bahwa segalanya menjadi begitu bermakna
suru tua itu, bolehlah kini sepi atau bukan lagi tempat untuk ngaji
bagiku, ia tetaplah tempat yang bergelimang cahaya di hati
sudah terlalu lama aku tak menjenguknya
rindu ini telah berkarat sekian lama
ingin aku memampirinya lagi
sekedar bersih-bersih
dan mengingat kembali
bagaimana ia begitu berharga bagi kami
Yogyakarta, 13 Juni 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar