Sabtu, 02 Oktober 2010

AKTIVITASKU SELAMA BULAN RAMADHAN 1423 H

Ramadhan tahun ini cukup mengesankan dan luar biasa bagiku. Pasalnya, aku bisa puasa sebulan penuh di rumah. Tidak seperti biasanya di mana aku pulang kampung beberapa hari sebelum lebaran, dan saat di perjalanan aku tidak berpuasa. Kini aku bisa puasa full, tidak keteteran seperti kemarin-kemarin. Bisa menikmati suasana ramadhan di rumah, berkumpul dengan keluarga dan teman-teman.

Ramadhan tahun ini beda dengan sebelum-sebelumnya. Tambah maju. Tanggal 11 Agustus sudah masuk ramadhan. Padahal dulu bulan September. Jadi, aktivitas kampus turut berubah. Biasanya, saat-saat ramadhan kampus masuk. Sekarang diliburkan, karena terlalu dekat dengan liburan akhir semester. Aku sangat bersyukur dengan hal ini.

Kegiatanku di rumah sangat sederhana dan seperti terjadwal. Sehabis sahur aku bersama emak pergi ke masjid untuk shalat jama’ah subuh. Sesudah itu aku mengaji Al-Qur’an satu juz lalu menyapu halaman rumah. Istirahat sebentar sambil baca-baca buku Aljabar Linier Elementer, Kalkulus 1 dan Fisika Dasar 1 secara berurutan. Ini aku lakukan untuk mengulang dan memperdalam kembali matakuliah yang sudah-sudah. Baru setelah itu aku ikut nenek ke sawah. Sementara itu, ibuku kerja cari uang, dan adikku, ah…dasar dia nakal, jam-jam segitu dia masih tidur.

Kegiatan di sawah macam-macam. Menyabit rumput untuk pakan sapi, menanam cabe, mengurus tanaman jagung dan memanen ubi. Khusus menyabit rumput sudah seperti kegiatan rutin tiap pagi atau sore. Sudah sekitar dua tahun ini emak dan nenekku beternak sapi. Sapi itu milik pamanku. Nanti kalau sapi itu dijual, uangnya dibagi dua. Kalau beranak, anak sapi itu dijual dan uangnya juga dibagi dua. Jadi, dalam dua tahun itu pula emak dan nenek harus menyabit rumput. Sekarang, untuk sementara waktu, tugas menyabit rumput aku ambil alih.

Sekitar jam sembilan atau sepuluh pagi, aku dan nenek sudah pulang dari sawah. Baru setelah itu aku bisa istirahat. Di salam mengisi saat istirahat itu aku menyempatkan diri untuk meneruskan belajar, menulis catatan atau main dengan adik. Di sela-sela permainan aku sering mencerca adik dengan wejangan-wejangan ringan tentang bagaimana seharusnya jadi santri yang benar, jadi penuntut ilmu yang ikhlas, jadi anak yang berbakti pada orang tua dan sebagainya. Meskipun adikku kadang tidak memperhatikanku, aku tetap meneruskan wejanganku. Karena aku yakin, setiap yang didengar akan abadi selamanya dalam ingatan. Boleh adikku sekarang tidak mengikuti kata-kataku, tetapi kelak dia akan mengingatnya dengan penuh kesadaran.

Selain itu, aku juga mencerca adik dengan pertanyaan-pertanyaan matematika. Ini aku kira penting sebagai latihan analisis. Sebenarnya hal ini muncul dari kesadaranku bahwa latihan analisis itu penting untuk pembentukan pola pikir. Aku ingin agar dia tidak sepertiku yang tidak pernah ada yang ingin melatihku menganalisis. Aku kisahkan juga kepadanya cerita-cerita nabi, para wali dan sufi, dengan niat agar dia senang dengan orang-orang yang dekat dengan Allah sehingga akhirnya dia juga tertarik untuk menjadi hamba Allah yang sebenarnya. Aku tidak peduli apakah aku pantas mengarahkan pada hal itu atau tidak, aku hanya berusaha dan pasrah kepada Allah tentang bagaimana nantinya.

Sehabis itu, aku sholat dhuhur. Lalu pergi ke rumah teman, ya sekedar referesing. Kalau tidak aku tidur bersama adik. Itung-itung biar badanku nanti segar pas sore menjelang di mana aku biasanya diajak lagi oleh nenek untuk pergi ke sawah. Jadi, kebiasaanku tidak ada apa yang namanya ngabuburit. Ngabuburitku ya di sawah. Setelah di radio mulai acara tanya-jawab hukum Islam, kami pulang dari sawah untuk mempersiapkan diri menunggu datangnya berbuka puasa.

Tentu, pas buka puasa, kami kumpul sekeluarga. Nah, saat-saat menunggu adzan magrib itulah suasana kekeluargaan sangat terasa. Ditambah dengan kondisi alam dan tubuh segar, kebersamaan dengan keluarga menjadi sesuatu yang cukup sulit dibahasakan. Kebahagiaan itu tidak bisa ditukar dengan apa pun. Adik, emak, nenek dan aku. Ya, keluarga besarku. Sayangnya ayah sudah tidak ada. Seandainya beliau masih ada, sungguh betapa semakin besarnya kebahagiaan kami.

Sehabis sholat magrib, biasanya aku mengirim surat Yaasin untuk para pendahulu-pendahuluku, untuk guru, kedua orang tua dan sahabat-sahabatku. Setelah itu sebentar berkumpul lagi bersama keluarga, makan sisa buka tadi. Lalu pergi ke rumah teman, mengajak mereka pergi ke masjid untuk sholat teraweh.
Selama pengalaman terawehku, hanya ada satu dua malam saja aku melalikan satu dua rakaat teraweh. Tetapi mending ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Kalau tahun-tahun sebelumnya tidak hanya satu dua rakaat saja, tetapi hampir 70% dari rakaat teraweh itu sendiri. Semoga bulan ramadhan tahun depan aku bisa menyempurnakan shalat terawehku.

Setelah sholat teraweh, seperti biasanya, aku ikut jemaah darusan di masjid. Ini sudah menjadi rutinitas mulai dulu waktu aku kecil dan bisa mengaji Al-Qur’an. Suasana itu pun sangat indah bagiku, karena bisa ngumpul-ngumpul bareng teman-teman.
Setelah darusan, kira-kira jam 10 malam, aku nongkrong bareng teman-teman, main gitar dan bernyanyi bersama. Tidak lama untuk aktivitas ini, dan juga tidak terlalu sering aku lakukan. Hanya kadang-kadang saja. Sehabis gitaran, aku nonton tv bareng teman-teman, ngerokok sambil ngopi, cerita-cerita dan tertawa-tertawa bersama. Baru sekitar jam 12 malam aku tidur.

Itulah aktivitasku selama bulan ramadhan tahun ini. Sebuah pengalaman yang sungguh mengesankan. Ya Allah, sampaikanlah kembali aku, emakku, nenekku, adikku serta semua famili dan teman-temanku ke bulan ramadhan tahun depan Ya Allah. Panjangkanlah umur dan taubat kami. Masih ada banyak hal khusus untuk bulan ramadhan yang tidak kami kerjakan. Berilah kami semangat untuk menyempurnakannya di tahun-tahun berikutnya Ya Allah.Amien ya Robbal ‘alamien….!

Dasuk Sumenep, 28 Ramadhan 1423 H

Tidak ada komentar: